Ahlan wa Sahlan

Bagi para pencari video porno berformat 3gp atau apapun, gambar bugil, atau apa saja yang berbau mesum, seks dan narkoba, jangan harap bisa menemukannya di blog ini. Artikel di blog ini adalah curahan hati kaum lemah yang selalu dipinggirkan oleh hukum yang berlandaskan materi semata.

Selasa, 27 Desember 2011

Silaturahmi Membawa Berkah

Ada sebuah hadist yang berbunyi, “Barangsiapa yang suka dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya, maka sambunglah silaturahim.”

Hadits ini di riwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya, Kitabul Adab, bab Man Busitha Lahu Minar Rizqi Bi Shilatirrahim (10/429). Muslim dalam Shahihnya, Kitabul Birri Wal Shilah Wal Adab, bab Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/330). Abu Daud dalam Sunannya, kitab Az Zakat, Bab Fi Shilaturrahmi no. 1693, dengan lafadz.

-----------------------

Minggu kemarin, (13/11) cuaca cukup cerah, meski agak gerah tapi lumayanlah buat menjalankan misi mengantarkan undangan pernikahan seorang sohib karib. Rencana sudah tersusun rapi. Pukul 11.30 Wib, servis kereta. Sambil nunggu selesai servis, si Bembeng ku sms supaya datang ke bengkel ngambil undangannya sendiri. Lumayan, jadi ada kawan ngobrol.

Ngalor ngidul, mulai dari ngebahas kemenangan Manny Pacquiao yang siang itu duel versus Marquez hingga curhat tentang teman wanita (baca: pacar) Bembeng. Sesekali aroma bakso yang warungnya pas disebelah bengkel mengganggu ketentraman perut yang kebetulan cuma diisi setengah porsi sarapan. Meski ketentraman curhat juga diusik geberan kereta yang sedang disevis, kedalaman dan kekhusyukan curhat masih terjaga.

Hingga pukul 13.15 keretaku belum juga siap di servis. Sedangkan si kawan sudah minta izin mau kencan sambil nyebar undangan juga (makin banyak misi penyebaran undangan akhir-akhir ini kurasa). Apalagi sudah janji bertemu dengan Suryaman di Titipapan 15 menit lagi.


13.30 tepat, akhirnya kereta selesai. Langsung tancap gas menuju Titipapan, karena Suryamannya sudah ngolling beberapa kali. Mungkin karena panasnya siang itu, orang yang mau jalan-jalan jadi mengundurkan waktu ke sore hari, hasilnya jalanan sepi.

Kurang dari 10 menit sudah sampe ke tujuan. Setelah jumpa dengan Suryaman, kami langsung berangkat lagi ke tambaknya Rizal, teman satu sekolah (SMP dan SMU) dulu.

Masuk dari simpang Lamhotma, terus aja, ada rusun, terus aja, ada pos Marinir, terus aja, sampek ada umbul-umbul merah, itulah isi sms si Rizal memberitahukan 'alamat lengkap' menuju tambak kepitingnya. Satu dari sekian banyak usaha yang dilakoninya. Tapi sayang, meski sudah di sms dengan alamat super lengkap, kami masih saja berhenti untuk menelpon dan memastikan nggak kesasar.

Perjuangan belum berakhir. Sampai di depan gang masuk menuju tambak, kami dihadapkan pada jalan kecil belum diaspal yang hancur berselemak lumpur dan sisinya berbatasan langsung dengan tambak. Mau ambil kiri ata kanan jalan, takut tergelincir masuk ke tambak. Akhirnya ambil jalan tengah yang harus berjibaku dengan lumpur lumayan dalam. Kereta yang baru saja di dorsmer pun kembali belepotan.

Nyali masih diuji. Kami masih harus melalui jembatan kayu seadanya yang melengkung dengan lebar kira-kira setengah meter. Selip sikit, kereta nyemplung. Bukan main gembiranya Suryaman saat berhasil melewati rintangan terakhir itu. Padahal kukira dia nyebrang sambil terkencing sikit (upss..).

Rizal, pemilik tambak sekaligus kawan yang akan kami temui ini rupanya sedang tertidur pulas di dalam rumah panggung yang dindingnya tak menutup dengan sempurna ditemani lagu dangdut dari sebuah radio lama bertenaga 4 baterai.
"Sorry, ketiduran. Capek kali aku, belum ada istirahat dari semalam," katanya setelah kubangunkan sambil menuangkan segelas air untuk diminum.

Cemmana gak tidur, angin sepoi-sepoi di udara yang cerah itu pasti bisa membius siapapun. Di ruangan 2x2 meter berdinging kayu itu percakapan kami mulai mengalir.

Rizal, dengan gigi depannya yang barusan tanggal langsung saja dihujani pertanyaan oleh Suryaman. Pak guru yang ngefans sangat sama Dahlan Iskan ini layaknya seorang wartawan, mencerca Rizal dengan pertanyaan seputar usaha. Karena memang dibalik penampilannya yang biasa (terlalu biasa malah, atau bilang saja mirip gembel) itu, Rizal adalah seorang pengusaha yang bisa dibilang sukses.

Usahanya melingkupi segala bidang. Dari periklanan hingga peternakan. Lahannya tersebar dari Sumatera hingga Kalimantan. Langsung terbayang omset ratusan juta hingga miliaran yang masuk ke rekeningnya. Sangat kontras kalau dilihat dari penampilannya yang super sederhana. Beda dengan orang-orang setengah sukses yang kukenal. Yang langsung ditunjukkan dengan handphone canggih ataupun kendaraan yang mahal lagi kinclong lengkap dengan tampang angkuhnya.

"Matematika manusia itu beda dengan matematikanya Tuhan. Kalau kita dalam berusaha terlalu pelit untuk menghidari kerugian, nanti malah rugi. Tapi kalau dengan usaha kita itu kita banyak bersedekah, Insya Allah pasti selalu mujur," tutur Rizal dengan yakinnya.

"The More you give, the more you get," sambungnya yang kali ini pakai bahasa Inggris (padahal waktu sekolah dulu sering cabut kalau ada pelajaran Bahasa Inggris).

Sambil bercerita, sesekali tatapan kuarahkan ke pemancing yang sukses menarik ikan. Memang, tambak kepitingnya di multifungsikan sebagai kolam pemancingan. Penghuninya ada mujahir juga bandeng.

Semilir angin yang membawa aroma laut disertai obrolan yang menarik plus gorengan maknyus adalah jurus hebat membunuh waktu. Mulai dari soal investasi hingga ke klenik mewarnai perbincangan, hingga tak terasa langit mulai gelap ditinggalkan mentari. Waktunya kembali ke rumah, jangan sampai ketinggalan nonton Indonesia vs Thailand.

Eh, pas mau pulang dibawain hasil tambak segoni. Serba salah, mau nolak tapi butuh (dah lama gak makan kepiting super). Memang betul, silaturahmi buat umur makin panjang plus rezeki makin tambah. Kutanamkan di benakku, kalau sowan ke tambak lagi harus bawa goni sendiri. Yang lebih besar. Biar bisa muat buanyak (haduh...).

Tidak ada komentar: