Ahlan wa Sahlan

Bagi para pencari video porno berformat 3gp atau apapun, gambar bugil, atau apa saja yang berbau mesum, seks dan narkoba, jangan harap bisa menemukannya di blog ini. Artikel di blog ini adalah curahan hati kaum lemah yang selalu dipinggirkan oleh hukum yang berlandaskan materi semata.

Kamis, 22 Desember 2011

Bangsaku, Bangsa yang Latah

Abdurrahman Wahid (yang akrab dipanggil Gus Dur) adalah Presiden Republik Indonesia yang keempat. Beliau menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Masa kepresidenan yang dimulai pada 20 Oktober 1999 berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli
2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri.

Di saat kepemimpinan Gus Dur, banyak yang mencibir hanya karena fisik Gus Dur yang tak sempurna. Banyak yang malu punya presiden buta. Apalagi Gus Dur sering melontarkan guyonan khasnya plus kebijakannya yang sering menuai demo. Dari membuka hubungan dengan Israel hingga membubarkan DPR. Gus Dur seakan jadi musuh no.1 bangsa ini. Beliau pun harus rela melepaskan kursi kepresidenan dan digantikan oleh Megawati.

Rabu, 30 Desember 2009, beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir. Gus Dur meninggal di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta akibat beberapa komplikasi penyakitnya. Gus Dur yang semasa hidupnya sering menerima hujatan, ketika berpulang malah mendapat segudang pujian. Malah ada yang mengusulkan agar Gus Dur diberi gelar pahlawan, walaupun ujung-ujungnya, sekelompok orang yang
mengusulkan itu punya maksud tertentu.

Kisah Gus Dur hanya satu dari beberapa kisah yang menunjukkan betapa plin-plannya bangsa ini. Ketika ada satu kelompok yang benci pada seorang tokoh, kelompok lain pun ramai-ramai ikutan membenci. Walau mereka tak tahu dari segi mana mereka mengambil sudut pandang.


Cerita Gus Dur terulang kembali pada Sri Mulyani. Menteri Keuangan yang beberapa bulan lalu menjadi sasaran tembak para pendemo gara-gara tersandung kasus Century, sekarang malah banyak memanen pujian karena bakal digaet Bank Dunia untuk menduduki jabatan yang prestisius dengan gaji melebihi saat dia menjadi menteri.

Itulah bangsa kita. Bangsa yang mudah terombang-ambing oleh derasnya informasi yang beredar. Walau katanya taraf pendidikan rakyat Indonesia semakin meningkat. Dengan arti kata lain, orang pintar di negeri ini semakin banyak. Tapi kebanyakan mereka memanfaatkan kepintarannya untuk mengkerdilkan orang lain dengan permainan kata-kata yang menusuk, sarat dengan kebencian dan keangkuhan. Saya harap anda bukan tiipe orang seperti ini.

Tidak ada komentar: