Ahlan wa Sahlan

Bagi para pencari video porno berformat 3gp atau apapun, gambar bugil, atau apa saja yang berbau mesum, seks dan narkoba, jangan harap bisa menemukannya di blog ini. Artikel di blog ini adalah curahan hati kaum lemah yang selalu dipinggirkan oleh hukum yang berlandaskan materi semata.

Kamis, 22 Desember 2011

Kisah Sang Pecinta Alam.... (bukan Alam Mbah Dukun)

Di suatu malam yang dingin dan diiringi gelegar halilintar yang terus menyambung, aku membongkar sebuah akun fesbuk milik seorang teman. Kulihat satu persatu album fotonya. Terlihat olehku foto-fotonya saat mendaki gunung menuruni lembah layaknya Ninja Hattori. "Wuihhhh... Mantap kali bah...," pikirku. "Masih aktif aja wak ini," pikirku lagi yang kali ini disertai perasaan iri.

Ingatanku langsung kembali ke masa lalu, saat dimana aku masih muda dan energik untuk menaklukkan puncak gunung Sibayak hingga Sinabung, menyusuri hutan Sibolangit hingga Bukit Lawang. Bersama rekan-rekan seperjuangan. Dari masa SMA hingga kuliah dan berakhir ketikaku melepas masa lajang.

----------------

Aku senyum-senyum sendiri ketika ingat masa-masa kemaruk camping di Bukit Lawang. Setiap liburan, pasti selalu dihabiskan membelah kesunyian Hutan Leuser. Merasakan segarnya udara yang memang masih bersih, menyelam di dinginnya aliran sungai, hingga menyusuri hutan guna mencari tempat di ujung sungai yang katanya ada bule mandi bugil (walaupun berhasil mengintip, tapi sialnya ketahuan guide dan langsung diancam pakai parang supaya jangan pernah memasuki wilayah itu lagi dengan alasan sang bule nggak suka 'daerah kekuasaanya' dimasuki 'warga asing').

Alhasil, kami pun menjelajah ke bawah. Tempat tujuan berikutnya adalah camping ground yang biasanya dihuni banyak cewek. Tak jarang kami dapat konsumsi gratis hasil dari menggombal. Lumayanlah buat ganjal perut yang dulu masih six pack. Daripada makan hasil masakan koki kami, nasi campur mie yang dimasak sekaligus guna menghemat waktu dan tenaga. Karena memang kalau camping, kami tak pernah mengajak seorang cewek pun. Takut terjadi hal-hal yang diinginkan.

Teringat juga saat menikmati malam yang syahdu, ditemani tebaran bintang dan cahaya rembulan yang lembut membelah gelapnya malam. Diiringi petikan gitar, didepan api unggun menyanyi apa adanya, bersenda gurau. Pikiran serasa terbebas dari hiruk pikuk dan masalah. Walau ada peristiwa aneh bin ajaib. Pas tengah malam, ada suara kumpulan orang yang sedang berdzikir. Padahal saat itu hanya ada kami yang camping disitu. Asoy geboylah pokoke.


------------------

Ketika masa kuliah tiba, kegiatan menyatu dengan alam masih jadi agenda tetap. Apalagi jika ada ospek. Memilih tempat di Sibolangit, satu jurusan tumpah ruah. Biasanya banyak kampus yang melakukan ospek di Sibolangit. Jadi, bisa dibayangkan betapa ramainya hutan yang biasanya senyap itu. Genjrang-genjreng suara gitar diiringi nyanyian parau. Tapi yang tak kalah serunya, yaitu budaya naik di atap bus Sinabung Jaya. Serasa pecinta alam kali bah.

Tengah malam membelah hutan untuk mencari rute buat junior yang bakal di ospek. Hanya ditemani senter sebiji dan keberanian yang dipaksakan melewati batu belah Sibolangit yang katanya angker. Tak pernah lelah memang saat melakukan sesuatu yang kita senangi. Besoknya, saat hari pembantaian, lebih seru lagi karena bisa nengok junior-junior cantik yang dikerjain. Sekalian tepe-tepe lah.

Pernah juga membawa kru sekelas (kira-kira 30-an orang) camping di Lau Kawar, Sinabung. Gara-gara susah nyari angkutan karena dah kemalaman, akhirnya diikhlaskan naik gerobak bau babi. Yang penting sampai, itu moto kami malam itu. Malam itu bulan purnama bersinar terang di atas Sinabung. Menambah romantisnya malam. Dari sinilah aku mendapatkan jodoh. Seorang wanita manis, imut dan tangguh (karena menjadi yang pertama dari grup kami yang mencapai puncak Sinabung).

Masa-masa indah menyatu dengan alam tak akan pernah bisa terlupakan. Eratnya persahabatan terasa diuji. Pada saat itu, akan terlihat tabiat asli kita. Ada yang egois (maunya enak sendiri), ada yang malah suka menyendiri padahal di tengah keramaian, tapi ada juga yang memang punya sifat tanggung jawab. Ingin rasanya mengulang masa-masa itu. Ingin menikmati segarnya air yang langsung diambil dari mata air di pandanan. Meresapi setiap gigitan pacet yang setia menempel di kaki. Serasa membeku saat angin kencang berhembus dari danau Lau Kawar hingga menerbangkan tenda...... Dimana ada jual mesin waktu ya????

Tidak ada komentar: