Belum seminggu aku beli sebotol madu dari seorang teman istriku yang
dengan sedikit beriklan dia bilang madunya 100% asli dengan harga
lumayan miring. Karena rekomendasi dari sang teman yang mungkin juga
diimingi komisi, istriku membelinya. Tepat kemarin sore, di tv ada acara
yang berisi tentang madu. Dari khasiat madu (asli) yang tak perlu
dipertanyakan lagi, cara membuat madu (yang sudah pasti nggak asli
lagi), hingga cara membedakan yang asli dan palsu.
Kalau dahulu,
untuk mengetahui madu palsu hanya dengan cara memberikan madu ke semut,
memasukkannya ke lemari pendingin atau dengan menceplokkan sebutir
telur. Kalau madu di'keroyok' semut, membeku dan telur yang diceplok
tidak masak-- berarti madunya palsu. Tapi seiring perkembangan ilmu
pengetahuan, kelemahan madu palsu bisa di tutupi dengan menambahkan
tepung kanji (supaya semut nggak suka), glukosa (agar tak membeku di
lemari es) dan cuka (supaya telurnya bisa masak).
Ada virus,
tentu juga ada anti virus. Bagaimanapun canggihnya si pembuat madu palsu
menipu, masih juga ada kelemahan terhadap buatannya itu. Yaitu dengan
cara dipanaskan. Jika dipanaskan hingga mendidih, dan setelah
didinginkan si madu ternyata menggumpal keras, madu itu sah mendapat
titel MADU PALSU. Dan setelah di uji lab, madu yang kubeli dari teman
istriku itu ternyata madu palsu.
Istriku terbengong, tak percaya
sang kawan membohonginya. Tapi menurutku itu bukan sepenuhnya kesalahan
temannya itu. Dia hanya mempromosikan produk orang yang ternyata bisa
membahayakan pelanggannya. Pembuatnyalah yang patut disumpahserapahi.
Dengan alasan susahnya mencari pekerjaan, ia tega 'membunuh' pelan-pelan
saudara sebangsanya. Aku tak habis pikir, kenapa orang-orang seperti
ini banyak menghiasi negeri ini. Hingga bangsa penjajah saja pernah
mencap kalau bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling mudah
ditaklukkan. Bukan karena zaman penjajahan dulu banyak penjual madu
palsu, tapi gara-gara mental penjilat sebagian orang. Karena itu juga,
sampai sekarang Indonesia belum benar-benar merdeka.
Maaf jika
topik tulisan ini malah melebar. Tapi sebenarnya aku hanya ingin
mengambil sample (kebetulan lagi gondok sama pemalsu madu itu), mengapa
negara kita yang kaya akan hasil bumi ini, malah jadi negara yang kaya
akan hutang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar