Ahlan wa Sahlan

Bagi para pencari video porno berformat 3gp atau apapun, gambar bugil, atau apa saja yang berbau mesum, seks dan narkoba, jangan harap bisa menemukannya di blog ini. Artikel di blog ini adalah curahan hati kaum lemah yang selalu dipinggirkan oleh hukum yang berlandaskan materi semata.

Kamis, 22 Desember 2011

Siapa yang Kaya???

Siang itu, jam 15.00, cuaca terasa sangat terik. Aku memacu sepeda motorku lumayan kencang, berharap hembusan angin bisa sedikit meredam panasnya sinar mentari. 15 menit kurang sikit, aku terhenti oleh lampu merah di perempatan Glugur (RS dr Rusdi). Kuperhatikan satu persatu raut wajah pengendara lainnya yang rada jutek, karena panasnya hari yang memang tak bersahabat buat kami (tapi sangat membantu untuk mengeringkan cucian 2 ember).

Disampingku, mobil mewah dengan plat merah, berdiri dengan gagah. Berbalut kaca hitam yang tak tembus dari pandangan orang di luar. Dengan fasilitas lengkap. "Enaknya jadi orang kaya," pikirku seraya mengkhayal.

Disela khayalan tingkat tinggi itu, aku dikejutkan suara seorang nenek yang terbungkuk-bungkuk meminta sedekah. Yahhh... Apa mau dikata. Aku hanya bisa minta maaf. Karena uangku memang sudah sangat pas-pas-an.

Dengan langkahnya yang gontai dan raut muka yang sedih, sang nenek melanjutkan 'ekspedisinya' menuju mobil mewah di sampingku. Sambil memelas, ia mengangkat tangannya yang penuh keriput mengharap sedekah dari sang Empunya mobil. Semenit berlalu tanpa ada tanggapan dari orang kaya di dalamnya. Bahkan hanya untuk bilang tak ada uang kecil, apalagi untuk mengucapkan maaf. Kaca mobil yang legam tetap kokoh tertutup. Melindungi tuannya dari si nenek.


Kembali gagal untuk kedua kalinya, si nenek pun kembali ke trotoar. Karena memang Traffic Light sudah berwarna hijau, tandanya aku harus meneruskan perjalanan yang masih lumayan jauh. Belum sampai si nenek ke 'basecampnya', seorang lelaki setengah baya mengendarai sepeda butut menyodorkan uang kertas 5 ribuan. Tak urung si nenek terkejut tapi senang, dan langsung memantrai si pengendara sepeda butut itu dengan berbagai doa. "Amiiin," kata Bapak itu sambil tersenyum.

Di siang yang panas di perempatan jalan itu, seketika nalarku yang selama ini membentuk definisi bahwa orang kaya adalah orang yang punya mobil, rumah besar, istri satu tapi selingkuhan banyak, hancur seketika. Aku kembali bertanya, yang mana orang kaya sebetulnya? Sang pemilik mobil mewah atau lelaki dengan sepeda butut ala Umar Bakrinya?

Kembali kupacu sepeda motorku sambil terus menyusun dan memperluas penalaran otakku. Supaya tak lagi berpikiran sempit.

Tidak ada komentar: