Ahlan wa Sahlan

Bagi para pencari video porno berformat 3gp atau apapun, gambar bugil, atau apa saja yang berbau mesum, seks dan narkoba, jangan harap bisa menemukannya di blog ini. Artikel di blog ini adalah curahan hati kaum lemah yang selalu dipinggirkan oleh hukum yang berlandaskan materi semata.

Jumat, 08 Agustus 2014

Wajah Buruk Pendidikan Negeriku

Program pemerintah sejak 10 tahun lalu yang ingin menggratiskan pendidikan sepertinya hanya berjalan di tempat. Bagaimana tidak, cucuran uang BOS yang begitu besarnya masih tidak mampu menciptakan pendidikan bebas biaya.

Selalu saja ada celah untuk oknum-oknum jahat (mafia) dunia pendidikan untuk memanen rupiah dari para siswa. Tidak jadi masalah jika orangtua siswa adalah koruptor, berarti bisa berlaku rumus uang hantu dimakan setan. Tapi bagaimana jika orangtuanya cuma buruh pabrik yang gaji sebulan sudah habis buat biaya hidup 2 minggu?

Rabu, 19 Maret 2014

Sejuknya Bukit Tinggi, Tak Sesejuk Warganya



Dari beberapa propinsi yang ada di Sumatera, hanya Sumatera Barat yang mempunyai keindahan alam yang membuat jiwa kita terpaut, hingga akan selalu merindukan keeksotisannya.

Berangkat dari Medan dengan bus ALS menuju Bukit Tinggi memakan waktu 20 jam. Jika bukan karena pelayanan bus ALS yang seadanya ditambah seringnya berhenti dengan alasan yang nggak jelas, mungkin perjalanan hanya memakan waktu 17 jam. Memang begitulah service kebanyakan angkutan darat di Medan. Walau naik di bus Super Executive dengan seat 2 - 1, pelayanannya tetap ekonomis. Toilet yang jorok, tv yang cuma hidup 5 jam dan AC yang nggak bisa di kontrol menambah penderitaan. Tak heran banyak yang memilih angkutan udara.

Rabu, 16 Mei 2012

Ngurus Akte??? RIBET...

Ribetnya buat akte kelahiran jadi bukti nyata bobroknya sistem administrasi negara. Selembar kertas bertanda tangan Kepala Dinas Kependudukan itu jadi salah satu biang menghambat pendidikan. Mulai ngurusnya yang ribet, sampai biaya yang mencekik.

Bayangkan, orang tua yang mau membuat akte harus rela menjalani sidang dengan saksi minimal 2 orang. Baru setelah itu stempel pengadilan yang nggak seberapa itu dibawa ke Dinas Kependudukan. Bukan itu saja, kita juga harus menyiapkan uang minimal Rp100 ribu untuk satu akte plus waktu tunggu 2-3 minggu hingga akte selesai.

Kalau dipikir-pikir (bagi yang suka mikir), apalah dosa rakyat ini hingga pemerintah selalu saja mempersulit segala pengurusan surat-surat. Atau mungkin ini salah satu program guna mendukung gerakan Keluarga Berencana? Logikanya, orang tua malas bikin banyak anak, karena bakal susah ngurus aktenya. Trus kalau si anak sudah dewasa, ngurus KTPnya juga susah. Setelah itu kalau anak mau nikah, ngurus surat keterangan belum menikahnya juga sulit. WADOOOOHHH...

Tapi, ribetnya ngurus akte ini mungkin malah buat angka aborsi meningkat. Entahlah... Sudahlah ribet hidup ini, makin ditambah ribet lagi.

Selasa, 15 Mei 2012

8 Tahun

Selasa, 15 Mei 2012... Tepat 8 tahun aku membina rumah tangga. Alhamdulillah, keluarga kecilku sehat dan bahagia. Istriku makin manis, anak-anakku makin gendut. Mereka lah inspirasi yang tak pernah terputus bagiku. Meski ada beberapa target yang masih belum terpenuhi, yaitu punya rumah sendiri. Karena memang kami masih membangun perekonomian rumah tangga menuju ke taraf mapan. Banyak kenangan yang tak akan pernah habis dituliskan. Jika ditulis, kesenangan yang akan mendominasi.

Benar kata orang bijak. Membina rumah tangga harus dengan komunikasi yang baik. Bukan saja antara suami dan istri, tapi juga dengan anak-anak. Aku seorang ayah yang lumayan demokrasi, tapi juga otoriter. Anak-anakku juga punya pemikiran yang sangat kritis. Banyak tanya, banyak protes dan juga banyak makan.

Dan aku... masih terjebak di kantor ini. 10 tahun tanpa kenaikan yang signifikan. Aku butuh moment yang tepat untuk melangkah maju. Bukan menjadi kelas pekerja, tapi naik kasta ke pengusaha. Insya Allah, tahun ini harus resign dan membangun kerajaan sendiri.

Semoga kami diberikan dan diberkahi umur panjang. Aminnn... Tunggu kami, Tanah Suci...

Selasa, 27 Desember 2011

Antara Kucing, Anjing dan Manusia

Setahun yang lalu, kucing yang sering nyuri ikan di rumahku (sebut saja Si Garong) menghamili kucing dari gang sebelah (Katty, bukan nama sebenarnya -red). Tepat 63 hari setelahnya, lahirnya seekor kucing betina (Pussy, nama asal). Seperti lazimnya di dunia kucing, sang anak dipelihara emaknya. Sedangkan bapaknya, asyik nyari kucing betina lain.

Kemarin, kulihat perut Pussy blendung. Setelah diinvestigasi sehari semalam, ia akhirnya ngaku sang Bapak yang menghamilinya. Langsung saja kucari Si Garong. Tapi sayang, setelah ketemu, Garong mengaku terkena Alzheimer (pikun). Malahan dia ngotot dirujuk ke rumah sakit terdekat untuk dirawat ketika kuputuskan untuk merazamnya.

Sekarang Pussy pun ikutan mencuri. Padahal setiap kami makan, selalu disisakan buatnya. Alasannya, makannya tambah banyak karena janin yang dikandung.