Ratusan pengungsi yang sampai di Indonesia pada 7 Januari 2009 ternyata membawa kisah sedih. Korban konflik antar agama ini harus meninggalkan negaranya akibat konflik antara agama Budha dan Islam yang berkepanjangan di Myanmar.
Menurut M Yunus (20) warga negara Myanmar, pada waktu itu pengungsi yang berangkat dari Myanmar sebanyak 1224 orang. Mereka ditangkap oleh polisi Bangladesh, segala perbekalan, uang dan pasport mereka diambil. Setelah puas dijarah, kemudian pihak Bangladesh menaikkan mereka ke empat kapal berbeda dan membiarkan para pengungsi malang ini terombang ambing di lautan.
Di laut yang luas, mereka tidak diberi makan dan minum. Akibatnya sebagian dari mereka meninggal di lautan. “Selesai disholatkan, terpaksa mayat teman teman dibuang ke laut,” tuturnya sambil mengeluarkan air mata.
Sama dengan Yunus (20) warga yang sama, pria lugu ini menderita patah tulang rusuk dan pinggang akibat siksaan yang mereka terima. “Ini sakit, ini sakit,” katanya sambil menunjukkan tulang pinggang dan rusuknya yang terlihat menyembul bekas patahan.
Namun Tuhan maha pengasih, menurut Ali Husein (50), pada saat mereka terombang ambing dilaut lepas seekor ikan besar mirip paus mendorong dorong kapal yang mereka tumpangi hingga sampai ke Indonesia di daerah Idi Rayeuk dan Banda Aceh. “Alhamdullilah, kita orang sampai di Aceh,” ungkapnya sedih. Selama ini, mereka ditampung di Aceh namun akhirnya dikirimkan ke Medan. Belum jelas tujuan pemindahan itu, apakah pengungsi ini akan dideportasi atau tetap tinggal di Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar